Trik Jitu Mengajar Supaya Siswa Tertarik dan Termotivasi
Mengajar itu horisontal, bukanlah vertikal
Sifat mengajar yang horisontal bermakna kita jadi tentor menyesuaikan diri sama tinggi dengan siswa kita. Kita bicara jadi orang yang lebih dulu tahu, bukanlah lebih pandai. Kita mentransfer pengetahuan, bukanlah berikan pengetahuan. Saya biasanya menyebutkan begini setelah perjumpaan:
“Saya berdiri dimuka kamu sekalian bukanlah karena saya lebih pandai dari kamu, tetapi hanya karena saya mengetahui pengetahuan ini lebih dulu dari pada kamu. Mungkin suatu saat di antara kamu sekalian ada yang lebih tahu pengetahuan ini dari pada saya. Saya berkeyakinan kuat akan hal semacam ini. ”
Pernyataan di atas telah memberi dorongan pada siswa untuk lebih enjoy dan lebih nikmati kebersamaannya dengan kamu. Bila kelas telah enjoy dan di nikmati, maka pelajaran mudah diberi. Dalam memberi pelajaran, anggaplah kita tengah menceritakan mengenai pengalaman hingga pengetahuan apa pun itu tidak berkesan menyeramkan.
Mengajar itu memberi motivasi
Dalam metode mengajar yang disenangi mahasiswa, pastikan selalu memberi motivasi pada murid-murid kita. Motivasi dapat dilakukan di semua waktu, tetapi ada waktu-waktu yang paling baik.
Motivasi di pertemuan pertama
Untuk ini saya menjiplak guru SD saya dahulu, namanya pak Jamari, beliau yaitu guru IPA kelas 2. Saat pertemuan pertama, beliau membawa sebuah gambar Thomas Alva Edison dan memajangnya dimuka kelas lalu menceritakan mengenai Thomas Alva Edison. Ketika saya naik kelas, saya lihat guru saya itu melakukan hal yang sama pada adik kelas saya. Ya, paling tidak untuk anak-anak kelas 2 SD, cerita Edison itu inspiratif. 🙂
Motivasi pada tengah pelajaran
Saya punya kebiasaan menghadiahkan untuk mereka yang bisa kerjakan suatu hal yang saya tugaskan di tengahnya pelajaran. Ini saya tiru dari seseorang guru biologi SMP saya. Reward itu dapat berbentuk makanan atau minuman dan terkadang alat catat. Reward ini dapat sesuaikan dengan keperluan. Mungkin untuk guru sekolah dapat dengan menjanjikan kebebasan pekerjaan tempat tinggal untuk yang bisa menjawab pertanyaan. Yah, beberapa hal seperti tersebut, bergantung bagaimana kreativitas dan kondisi.
Motivasi diakhir pelajaran
Untuk ini saya mencontoh dari siaran di TV yang menghadirkan kilasan sebelumnya jeda iklan. Saya punya kebiasaan memberi preview pelajaran setelah itu di bagian yang menarik sebelumnya kelas selesai. Hal semacam ini buat siswa kita jadi semangat untuk ikuti kelas kita setelah itu. Penasaran yaitu senjata guru untuk buat kelasnya jadi disukai oleh murid-muridnya. 🙂
Dan tidak lupa, jadi seseorang guru kita sebaiknya jadi seorang yang bisa menyakinkan murid kita kalau mereka hebat. Kita harus dapat menanamkan pada mereka kalau mereka tentu dapat melakukan apa sajakah seandainya berupaya dengan baik. Hal semacam ini dapat kita tempuh dengan hindari kalimat-kalimat yang turunkan kepercayaan pada diri mereka sendiri. Saya sendiri memiliki pendapat kalau tak ada orang bodoh, hanya saja memiliki pemahaman yang berlainan.
Mengajar itu memberi contoh
Seseorang guru SMA saya sempat menyebutkan kalau “ajarkan apa yang kamu dapat, bukanlah apa yang kamu tahu”. Tujuannya yaitu apa yang kita sampaikan baiknya yaitu suatu hal yang kita tahu dan dapat kita kerjakan. Kerjakan dengan memberi contoh. Ketika memberi kursus, saya lebih banyak memberi contoh dan mempraktekkan segera agar siswa tahu dan bukan sekedar mengimajinasikan dalam fikiran saja. Oleh karenanya jadi guru kita harus memahami rencana dari suatu hal yang di ajarkan. Pemahaman rencana akan buat kita mudah memberi contoh apa sajakah dan memecahkan problematika yang mungkin dihadapi oleh beberapa siswa.
Beberapa hal di atas hanya sekelumit dari bagaimana mengajar yang baik. Selain dari pengalaman mengajar, pengalaman saya duduk jadi siswa dari kecil sampai dewasa juga memengaruhi kesimpulan mengenai bagaimana semestinya seseorang guru itu mengajar. Mungkin ada yang ingin memberikan?
0 komentar:
Posting Komentar